Memasuki musim kemarau angka kebakaran hutan dan lahan cenderung meningkat. Karhutla terjadi karena dua sebab secara umum yakni secara alamiah dan campur tangan manusia.
Secara alamiah hutan dan lahan terbakar dapat dipicu oleh gesekan antar ranting pohon yang mengandung minyak diperparah dengan adanya angin. Selain itu terdapat beberapa sebab lain diantaranya petir yang menyambar pohon atau bangunan dan letusan gunung berapi yang menyumbangkan lava pijar panas dan mencetus kebakaran.
Karhutla juga dapat disebabkan oleh pembakaran lahan dengan sengaja untuk membuka areal hutan bagi kepentingan manusia. Musabab lainnya yaitu percikan api puntung rokok yang dibuang di areal hutan. Di samping itu percikan listrik dan sumber api lainnya juga memungkinkan membakar lahan kering.
Dampak pembakaran hutan dan lahan dapat dirasakan masyarakat luas. Baik timbulnya masalah kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan maupun ketimpangan ekonomi dan sosial. Lebih dari itu dampak ekologis merambah semua komponen ekosistem dari berbagai tingkatan trofik rantai makanan.
Masyarakat sekitar hutan harus terlibat menjaga hutan dan lahan secara proaktif. Berikut disajikan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah pembukaan lahan dengan membakar hutan dan lahan.
Pertama, alternatif yang ditawarkan dalam pembukaan lahan yaitu perusahaan memberikan lahan kepada kelompok tani untuk diolah tanpa membakar hutan. Seperti yang dikatakan Head Social & Security PT Arara Abadi, Deny Wijaya. Contohnya Kelompok Tani Mutiara Indah didampingi dan dibina untuk mengembangkan lahan. Usaha pertanian Padi, Jagung, Sorgum serta diselingi dengan budidaya Ikan Bawal dan Nila di kolam. Upaya ini mencegah terjadinya pembukaan lahan dengan membakar.
Kedua, untuk dapat meminimalisir aksi bakar hutan yaitu dengan memberikan pengetahuan mengenai pengolahan biomassa menjadi kompos atau cuka kayu. Keterampilan sederhana yang menarik dan menghasilkan pundi-pundi uang akan menggerakkan masyarakat utuk bergerak swadaya menghindari pembukaan lahan dengan membakar hutan.
Pelatihan juga memberikan pemahaman tentang dampak, bahaya dan kerugian jika terjadi kebakaran hutan dan lahan bagi mayarakat. Pelatihan disusun dengan konsep pengolahan lahan secara berkelanjutan. Sehingga memberikan manfaat secara ekologi, ekonomi dan sosial.
Ketiga dapat mengolah biomassa dengan rekayasa bioteknologi dengan menjadikan biochar yang berfungsi sebagai agen perbaikan tanah yang terdegradasi. Briket/arang aktif sebagai bahan bakar alternatif dari pengolahan biomassa di hutan.
Sinergisitas pengelolaan hutan dan lahan terpadu haruslah melibatkan kerjasama berbagai lini. Tidak masyarakat sendiri maupun perusahaan sendiri. Juga pemerintah dituntut bijaksana untuk mendampingi kepedulian masyarakat dalam mengawasi kebermanfaatan hutan dan lahan.