Menjelang Pemilu 2024 masyarakat perlu waspada akan kehadiran hoaks dan propaganda yang pada umumnya tersebar melalui media sosial (medsos). Karena berita hoaks sangat berbahaya dan memicu kerusuhan bagi masyarakat. Oleh karena itu perlu dicegah, agar yang kita harapkan bersama pemilu dapat berjalan dengan damai.
Kementerian Kominfo menemukan 526 konten hoaks pemilu di media sosial selama periode 19 Januari 2022 hingga 27 Oktober 2023. Jumlah terbanyak ditemukan di Facebook sebanyak 455 konten
Dari data dari Kementerian Kominfo, terdapat dari 526 konten hoaks pemilu, yang sudah ditakedown sebanyak 378 konten. Untuk Facebook, 332 konten sudah ditakedown dan tengah ditindaklajuti sebanyak 123 konten.
Sementara itu 11 konten hoaks di Twitter masih dalam status ditindaklanjuti. Instagram hanya ada 1 konten hoaks dan sudah ditindaklanjuti. Sementara Tiktok ditemukan 25 konten, langkah take down sudah dilakukan pada 14 konten dan sisa 4 konten masih ditindaklanjuti, Snack Video memiliki 17 konten hoaks dan 14 konten sudah ditakedown. Dari Youtube tercatat 17 konten hoaks, 10 sudah diturunkan.
Isu hoaks terkait pemilu juga terus mengalami peningkatan hingga 10 kali lipat. Tahun 2022 hanya 10 isu meningkat menjadi 98 isu selama 2023.
Media mainstream saat ini dapat menjadi penangkal berita hoaks di media sosial. Pasalnya, saat ini media sosial masih menjadi area tak bertuan, fungsi pers dalam pemilu tidak sekadar memberi informasi, melainkan mengedukasi.
media arus utama harus mampu menyajikan berita yang akurat, berimbang, dan memihak kebenaran guna membendung hoax yang masif diproduksi dan beredar luas di media sosial (medsos).
Peran media arus utama sangat besar membendung hoax dari medsos. Kuncinya, mereka harus mampu mengedukasi publik dengan berita yang akurat, berimbang dan memihak kebenaran